Tingkat Pendidikan Rendah
TINGKAT PENDIDIKAN RENDAH
Pendidikan di Indonesia
masih menjadi masalah penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Masih
banyak anak-anak yang masih belum bisa bersekolah terlebih anak-anak yang
bertempat tinggal di daerah pedalaman. Masih banyak di antara mereka yang
membutuhkan ilmu yang seharusnya mereka dapatkan untuk masa depan nanti.
Sebenarnya apa yang menjadi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia?
Tingkat pendidikan pelajar di
Indonesia terlihat masih rendah dan kalah jauh dibandingkan siswa negara lain
(luar negeri). Kalau dilakukan uji kemampuan, dipastikan masih kalah jauh, ,
ibarat tingkat Dasar dan Diploma, kata Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi,
saat meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar Gratis 12 Tahun untuk
Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein, Painan, Rabu. Dia
mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu mengisi
ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai 18,5
Tahun. “Artinya, mereka (luar negeri) sudah benar-benar menganggap pendidikan
sebagai kebutuhan yang wajib dimiliki. Setidaknya, memberikan pemahaman kalau
pendidikan minimal dimiliki idealnya sampai SLTA.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia adalah adanya ketimpangan pembangunan ekonomi, insfrastruktur dan
sarana yang rusak di antara wilayah-wilayah Indonesia yang menghambat
pertumbuhan ekonomi masyarakat, mengakibatkan masih bercokolnya jumlah warga
miskin dan berpendidikan rendah. Ketimpangan pembangunan antar wilayah itu
menyebabkan banyaknya kantong kemiskinan. Benar bagaimana orang miskin yang
jumlahnya 70 juta orang yang ditanggung pemerintah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat) melalui APBN itu bisa membutuhi kehidupan dengan kalori yang
normatif dan menyekolahkan anak-anaknya untuk berpengetahuan setara. Kita akui
tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia itu berdasarkan IPMI adalah
baru sampai kelas I SMP.
Penyebab lainnya adalah sosial
ekonomi yang kurang akan membatasi kesempatan belajar sehingga menimbulkan
kesulitan pada anak. Dalam buku lain juga dijel;askan bahwa Ekonomi keluarga
erat hubungannya dengan prestasi belajar anak. Anak yang sedang belajar
selain harus terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makan, minum, pakaian,
perlindungan dan sebagainya dan juga membutuhkan fasilitas belajar.
Sesungguhnya Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang besar. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini sekitar 225 juta orang. Jumlah penduduk yang besar
ini merupakan modal dasar dan pasar potensial bagi berbagai produk dan jasa.
Oleh karena itu dunia internasional menjadikan Indonesia sebagai sasaran pasar
mereka. Dengan pertumbuhan penduduk sekitar 1,36 persen per tahun, Indonesia
mendapat tambahan 3,5 juta orang per tahun atau sejumlah penduduk Singapura.
Penduduk yang banyak bisa menjadi
modal yang berharga seandainya tingkat pendidikannya cukup tinggi dan kesehatan
yang baik. Walaupun sudah lebih dari 90 persen anak-anak Indonesia mengenyam
tingkat pendidikan dasar 6 tahun tapi yang bisa melanjutkan pendidikannya ke
sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi sangat
sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah kemiskinan. Walaupun pemerintah
sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan uang sekolah serta
memberi berbagai kemudahan dan bea siswa, tapi kemiskinan membuat banyak
keluarga memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya lebih lanjut. Hal
ini dapat dipahami mengingat sekolah tidak hanya bayar uang sekolah tapi juga
membeli seragam, biaya transpor, uang jajan dan pungutan sekolah.
Dari kedua pendapat
di atas dapat dipahami bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga, artinya bila ekonomi keluarga
sangat minim maka akan menuntut orang tuanya selalu berusaha mencari nafkah
keluarga. Hal ini tidak jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu. Bila kedua
orang tua telah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari untuk mencukupi
kebutuhan mereka, maka anggota keluarganya (anak-anak mereka) akan kehilangan
Pembina dan pembimbingnya, sehingga mereka tidak lagi terurus dan sebagainya
akibatnya moral serta tingkah laku anak tak terarah. Oleh karena itu pemerintah
harus lebih memperhatikan masyarakatnya agar anak-anak Indonesia dapat
mengenyam pendidikan minimal SMA, supaya tingkat pendidikan di Indonesia
meningkat dan dapat bersaing dengan negara lain.
Komentar
Posting Komentar