Pengolahan Limbah Cair


  PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HOTEL MELIA PUROSANI
1.        Latar Belakang
Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal dari hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh sebab itu perlu dilakukan dan dikembangkan suatu usaha untuk dapat mengatasi atau mengurangi dampak negatif oleh kegiatan tersebut.
Hotel Melia Purosani merupakan salah satu hotel berbintang lima (5), menghasilkan limbah yang ± 320 L/org/hari seiring dengan kapasitas tamu atau pengunjung yang masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel biasanya berasal dari kamar mandi, maupun wc (MCK), loundry, dapur, restaurant, bar, ac sentral atau yang sendiri-sendiri, yang masing-masing mempunyai karakteristik atau sifat tersendiri. Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari (Depparpostel, 1988).
       Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya karena alasan warna, isinya, kandungan anorganik atau organik, kadar garam, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat khas mereka yang beracun (Ginting, 1992).


2.        Karakteristik Limbah Cair Hotel Melia Purosani
Adapun limbah cair yang dihasilkan oleh hotel Melia Purosani Yogyakarta dapat diidentifikasi dari sumber-sumbernya, dalam hal ini adalah unit proses antara lain:
a.   Kamar mandi dan Toliet Umum, terdiri atas Air buangan yang dihasilkan dari kamar mandi dan toilet berupa air sabun dan buangan cair yang mengandung kotoran manusia. Jumlah pengunjung dan karyawan hotel berpengaruh terhadap buangan cair yang dihasilkan.
b.   Binatu (Laudry Area), dalam proses pencucian digunakan beberapa bahan seperti detergen, bahan pemutih dan pengharum pakaian. Semua ini akan menghasilkan air buangan yang disebabkan pemakaian detergen , bahan pemutih dan pengharum pakaian tersebut.
c.   Dapur (Kitchen Area), terdiri atas air buangan yang dihasilkan di dapur berasal dari proses pengolahan makanan dan proses pencucian sisa makanan yang mengandung minyak dan lemak.
d.  Mechanical dan Electrical Area, berasal dari kegiatan pada area ini menghasilkan limbah berupa tumpahan oli dan bahan bakar dari generator/genset (Anonim, 2006).

3.                  Pengolahan Limbah Cair Hotel Melia Purosani
Pada umumnya limbah cair hotel mempunyai dampak terhadap pencemaran lingkungan. Untuk melestarikan lingkungan hotel Melia Purosani membangun sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem pengolahan limbah domestik ada beberapa macam salah satunya adalah sistem “Lumpur Aktif” (Activated Sludge) atau yang disebut juga Extended Aerationyang digunakan oleh hotel Melia Purosani. Pada STP ini dilengkapi dengan sistem pengolahan air (water treatment) agar air dapat digunakan kembali (water re-use) dengan tujuan untuk penghematan air PAM atau air tanah. Misalnya dari pengolahan ini dipergunakan untuk mendinginkan menara (cooling tower) sebagai penampung air (make up water) (http://www.yogyes.com/melia-purosani).

4.                  Pengolahan Limbah Cair Dengan Metode RBC
Menurut Mahinda (1984) pengolahan limbah merupakan suatu usaha dalam menentukan kualitas air buangan atau sisa dari sesuatu
aktivitas yang kualitas airnya sudah menurun dan merugikan lingkungan sehingga keadaan dan kualitasnya dapat menjadi lebih baik dan tidak mencemari lingkungan.
Sistem pengolahan limbah ada beberapa cara dan salah satunya adalah secara biologi dimana prosesnya mengaktifkan mikroorganise di dalamnya untuk memecah senyawa-senyawa yang ada dalam limbah tersebut, salah satu sistem yang digunakan adalah dengan menggunakan metode RBC yang merupakan pengolahan limbah yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah senyawa baik senyawa organik maupun senyawa anorganik sehingga dapat menjadi senyawa lain yang lebih sederhana. RBC sangat cocok mengolah limbah cair yang kandungan zat organiknya terlarut tinggi (Anonim, 1980).
Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan suatu cara pengolahan limbah dengan proses aerobik yang memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lain adalah : operasionalnya mudah, konsumsi energi sedikit dan menghasilkan lumpur aktif. Oleh karena itu RBC termasuk teknologi pengolahan limbah cair yang penting dan bisa digunakan di negara Asia secara luas (Tanaka, 2002).
RBC terdiri atas piringan cakram yang dihubungkan dengan sebuah poros dengan jarak antar cakram yang pendek, diputar dalam tangki atau bak semisirkuler dimana limbah cair mengalir. Cakram ini terbuat dari plastik ringan bergaris tengah besar, direndam sekitar 40 % dalam air limbah. Perputaran sumbu mengakibatkan piringan berputar dan permukaannya mengalami kontak dengan udara dan air limbah. Demikian seterusnya hingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan disetiap piringan yang ditandai oleh lapisan licin pada permukaan piringan. Sejumlah mikroorganisme menyerap kandungan bahan organik dan mendegradasi secara aerobik pada saat kontak dengan udara. Kecepatan rotasi dan jumlah piringan menentukan kemampuan reduksi polutan organik dalam limbah. Dalam sistem RBC tidak perlu recycle sludge (umpan balik). Tetapi bak Clarifier dibutuhkan untuk mengendapkan padatan biologis (biological solids) sisa dari penebalan piringan. Proses RBC sangat dipengaruhi oleh temperatur, karena kecepatan metabolisme menurun jika temperatur turun (Tanaka, 2002).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia dan Tanggung Jawab (IBD 5)

UNDANG UNDANG PERISINDUSTRIAN

Pentingnya Peranan Insinyur dan Kaitannya dengan Peraturan UU No. 11 Tahun 2014