It Is
Me…
FADILLAH
33414759
1ID06
IBD ~
Universitas Gunadarma
1. Ini Ceritanya
Berawal
dari keinginan yang sangat kuat dari kedua orang tua dan keluarga saya untuk
dapat dikaruniai anak perempuan, membuat ibu menggandung di usia yang terbilang tua. Saya
dilahirkan melalui operasi chaesar dikarnakan tak mampu lagi menempuh
persalinan normal di usia ibu yang terbilang sudah tua. Menurut cerita ibu
saya, rasa sakit untuk melahirkan saya ketika itu berlipat-lipat lebih sakit di
bandingkan ketika melahirkan abang-abang saya sebelumnya. Saya dilahirkan pada
malam hari. Setelah melakukan operasi ibu, harus menjalani perawatan intensif
sebelum dipindahkan di ruang rawat sal biasa. Sementara saya berada diruang
bayi, nah disini ada cerita yang menarik saat saya baru saja berumur beberapa jam.
Ketika itu, saat tante saya bermaksud untuk menggendong dan melihat saya, tante
masuk ke ruang bayi tanpa seizing perawat penjaga. Lalu tante menggendong bayi
menurut perasaannya saja, dan itu bukan saya. Alhasil saya hampir tertukar,
sebab sadarnya bahwa saya telah tertukar karna si bayi buang air kecil dan saat
ibu membuka bedong ,bukan bayi perempuan melinkan bayi laki-laki. Tante saya
saat itu langsung menggembalikan bayi tersebut ke ruang bayi dan melapor ke
perawat penjaga, tante mendapat teguran dari perawat penjaga. Tak terbayangkan
jika saat itu saya benar-benar tertukar dengan bayi laki-laki tersebut.
Seminggu
melalui perawatan dirumah sakit, akhirnya kami pulang ke rumah. Menurut cerita
ibu, kedatangan kami disambut dengan suka cita oleh seluruh keluarga.
Kakek,nenek, tante, om dan seluruh sepupu-sepupu saya. Dengan lahirnya saya,
saya menjadi cucu bungsu bagi nenek saya. Lima belas hari usia saya, rambut
yang awalnya hitam lebat berontokkan dan pengelupasan kulit. Pasca pengelupasan
kulit terjadi tidak sempurna, alhasil saya memiliki tanda hitam yang luas,
sepanjang tangan sebelah kiri hingga badan. Dan rambut yang awalnya lurus
menjadi keriting. Tidak diketahui jug penyebabnya, yang terpenting bagi ibu
saya sehat.
Saya
tumbuh dengan sehat, bobot tubuh saya ketika masih bayi juga terbilang amat
baik. Ketika berumur dua bulan saya di bawa oleh kedua orang tua saya untuk
tinggal di daerah perantauan ayah, berjarak lima jam perjalanan dari kota kelahiran
saya. Di daerah itu suhunya juga bisa dikatakan cocok dengan saya, sehingga
saya tumbuh dengan lebih sehat. Untuk kepandaian berjalan saya lebih cepat
dibandingkan kepandaian berbicara saya. Ketika waktunya untuk imunisasi ibu lah
yang membawa saya ke rumah sakit tempat saya dilahirkan, cukup berat perjuangan
ibu dulu hanya untuk imunisasi.
Dikarenakan sangat kurangnya fasilitas kesehatan di daerah perantauan ayah saat
itu. ketika saya berusia balita, sepupu
saya malah selalu rebutan untuk menggendong dan mengajak saya bermain.
Sampai-sampai mereka malah mau memberikan makanan snack kepada saya. Tubuh saya
yang gempal dan nafsu makan saya yang amat baik saat balita, membuat saya
selalu dirindukan oleh sepupu saya. Saya pun juga senang dengan mereka, banyak
sekali sepupu perempuan disana.
Walaupun
saya memiliki abang 3 orang, kehadiran saudara perempuan juga sangat saya
butuhkan. Bercerita tentang abang-abang saya, abang pertama yang berjarak 17
tahun , putuh sekolah membuatnya sangat giat bekerja. Karna sibuk bekerja itu
saya tidak terlalu dekat dengannya. Kedewasaan umurnya banyak memberi
keuntungan buat saya, ia selalu menuruti apapun keinginan saya. dari mainan
sederhana hingga sepeda waktu itu ia penuhi. Abang yang kedua, ia sangat dekat
dengan dia. Kalo dia sering sekali mengajak saya untuk jalan-jalan jauh, ketika
makan pun dia juga seselera dengan saya. Abang yang kedua ini juga bekerja
setelah ia putus dari sekolah menengah pertama. Dia juga sering menuruti
kemauan saya. berbeda sekali dengan abang kedua atau abang pertama, abang yang
ketiga masih memiliki sifat yang kekanak-kanakan. Karna ia tidak jadi menjadi
anak bungsu ibu dan ayah, ia harus memiliki adik di usia remaja. Namun lambat
laun rasa sayangnya kepada saya semakin terlihat dan juga akirnya dia bisa
menerima saya. Walau dia sedikit agak cuek tapi saya juga sayang dengan abang
ketiga saya itu.
Di daerah
perantauan ayah itu, saya tumbuh dan besar di kelilingi oleh laki-laki, karna
ayah dulunya memiliki usaha perbengkelan dan perentalan alat berat lalu tempat
kerja ayah juga berada di sebelah rumah. Tak heran aku tumbuh besar dengan
kelakuan tomboy dan agak manja. Masa kecil sebelum sekolah ku, ku habiskan
dengan bermain dirumah saja, kadang kala ketika ada kesempatan aku bermain
dengan anak-anak komplek sekitar rumah. Saya selalu didik ibu untuk menjadi
anak perempuan yang lembut, tapi tetap saja pengaruh lingkungan tetap saja
membuat saya berkelakuan layaknya anak laki-laki. Dan tak heran teman laki-laki
lah yang mendominasi. Sayangnya untuk memiliki rambut pendek seperti anak
laki-laki selalu dilarang oleh ibu. Memang terkesan agak sedikit tidak bebas,
tetapi dibandingkan dengan mencari teman keluar dan bermain di luar rumah ibu
lebih menyarankan membawa teman saja untuk bermain dirumah bersama-sama. Agar
ibu dapat mengontrol segala kegiatan saya dan teman.
Masuk
sekolah taman kanak-kanak, pergaulan bertambah luas. Saya sudah banyak
menemukan teman perempuan yang sepaham dan sepermainan. Masuk sekolah bukannya
saya tambah patuh dan penurut kepada orang tua, malah semakin bandel dan susah
untuk diatur. Banyak yang ingin saya kerjakan dan ketahui. Saya mengeksplorasi
apa saja yang menurut saya itu hal yang menarik.
Seseharinya
ke sekolah ada saja yang di suruh untuk mengantar jemput saya, jadi tidak ada
kesempatan untuk bermain bersama-sama dengan teman seusai pulang sekolah. Tentu
saja kebiasaan tersebut menjadi hal yang sangat membosankan dalam kehidupan
saya saat itu. Sewaktu-waktu ketika saya masih duduk di bangku TK. Saya
menyiapkan rencana agar saya dapat kabur dari supir jemputan seusai pulang
sekolah, saya mengendap-ngendap keluar dari gerbang sekolah. Saya pergi dengan
teman-teman ke bukit belakang sekolah yang di mitoskan angker. Penasaraan dengan
itu saya tetap mencoba untuk melanjutkan perjalanan walaupun agak jauh.
Sesampai di bukit tersebut kami tidak menemukan kejanggalan sedikit pun. Ada
sebuah sungai yang sangat jernih, kami nyejukkan badan disana dengan main air.
Setelah sore kami bergegas untuk pulang. Sesampai di rumah ibu dan ayah saya
dengan wajah yang penuh kecemasan bercampur marah. Sebenarnya saya merasa biasa
saja ketika ayah dan ibu marah. Yang saya tau ketika bermain dengan teman-teman
seusai pulang sekolah tadi adalah hal yang sangat menyenangkan. Hukuman yang
diberikan ibu, saya tidak diberi uang saku selama sehari. Kebijakan itu sangat
membuat saya tidak setuju, tetapi itu harus saya jalankan. Di lingkungan sekolah,
saya termasuk anak yang usl sekaligus jahil. Semua tidak luput menjadi korban
kejahilan saya, dari teman-teman sekelas hingga guru pun pernah saya jahili.
Dari bekal makan siang teman saya yang saya berpura-pura menjatuhkannya hingga
ia menangis dari awal sampai pulang, serta kejahilan ke guru yang membuat saya
kena hukuman hampir setiap bulannya.
Berbalik keadaan jika saya berada di
rumah, ketika dirumah giliran saya lah yang menjadi bulan-bulanan, hampir
setiap hari diusilin dan dijahili oleh abang-abang saya. Macam-macam kejahilan
yang saya terima, namun saya juga sering mengacaukan ketika mereka sedang asik
bekerja di bengkel. Saking seringnya dan kesanya abang-abang saya itu mereka
memberikan panggilan ke saya dengan sebutan “kacau”. Saya dipanggil kacau kalau
saya sangat mengganggu mereka di tengah sedang serius bekerja. Saya juga sering
mengoleksi CD film Power Ranger, hampir semua gerakan-gerakan
kelima tokoh power ranger itu saya kuasai. Ketika jaman saya kecil dulu tidak
hanya satu macam power ranger, banyak sekali macamnya. Yang paling menjadi
favorit saya ialah ninja power ranger, karna ceritanya paling saya suka serta ranger
perempuan nya juga cantik.
Sebelum tidur malam banyak
nasehat-nasehat ibu yang selalu di perdengarkan ke saya. Di antara
nasehat-nasehat itu yang sangat di tekankan kalau saya itu adalah seorang anak
anak perempuan satu-satunya, saya harus berlaku sopan dan rajin sama seperti
gadis-gadis manis sewajarnya. Ibu juga memberi alasan kenapa saya tidak boleh
sering-sering main di luar rumah, karna kondisi tubuh saya yang lemah boleh di
katakan sensitif. Jika saya sudah terlalu lama main di bawah sinar terik
matahari, kulit saya akan memerah lalu terjadi bintik-bintik seperti jerawat
kecil . Tidak hanya itu ketika tidur malam pun saya sering gelisah. Namun saya
tetap membandel,dan tidak mementingkan resiko apa yang akan terjadi. Pokoknya
ibu saya selalu dan terus bernasehat tanpa kenal lelah. Karna kalau saya udah
sakit manjanya sampai kelewatan.
Masuk sekolah dasar, baru masuk
sekolah ya biasalah seperti umumnya. Segalanya harus baru dari pakaian, sepatu,
tas, sampai peralatan alat tulis sekecil apapun harus serba baru. Hari pertama
masuk SD , harinya untuk berkenalan teman baru bercerita tentang masa-masa
liburan. Tapi liburan saya ya biasa paling kerumah tante paling jauh, saya
pernah minta ayah untuk pergi liburan keluar pulau ,tapi ayah selalu menolak
dengan alasan banyak kerjaan. Ayah yang memiliki tipikal orang tidak mau
bermalas-malasan, membuat iya betah bekerja terus menerus, berkutat dengan
kegiatan kerjanya sendiri. Sampai saya sangat iri pada teman-teman saya, dengan
ayah yang memiliki waktu libur bersama. Lalu banyak berjumpa dengan teman-teman
baru. Seperti biasa dominasi teman saya ialah teman laki-laki. Ketika di SD
saya paling suka dengan permainan kejar tangkap, melompat kesana kemari sampai
bau keringat pun tidak menghentikan saya. Hampir semua pelajaran awal kelas
satu SD saya benci semua. Karna saya pikir sekolah itu untuk bermain, jajan dan
duduk di kelas dengan rapih. Ketika di rumah pun kegiatan yang saya lakukanpun
juga bermain. Pelajaran awal SD yang paling saya takuti itu dulunya yaitu
pelajaran bahasa Indonesia dan pelajaran matematika karna gurunya galak dan
sering memberikan latihan dadakan. Ketika pelajaran bahasa Indonesia yang
sangat saya jengkel jika di suruh membaca cepat dan kuis mendikte dari guru.
Itu memang pelajaran yang sangat dasar sekali tapi saya sangat lalai untuk
belajar membaca. Bayangkan saja ,kemampuan membaca dengan cepat dan fasih baru
bisa saya lakukan pada saat kelas dua SD. Amat sangat tertinggalnya kemampuan
saya dulu dibandingkan dengan anak-anak play group zaman sekarang sudah hebat
baca tulis. Kalo pelajaran matematik saya yakin pasti sebagian anak-anak juga
tidak suka dengan hitung-hitungan, nilaipun juga sangat rendah dibawah
rata-rata. Ibu dan ayah mencemaskan hasil belajar saya yang sangat buruk itu,
jalan keluar agar saya rnjin belajar dan sekolah adalah menaikan uang saku
harian. Dengan uang saku yang banyak , memakan jajanan sembarangan pun tak
dapat di control . alhasil saya bisa naik ke kelas dua, degan nilai pas-pasan
mendekati rendah mungkin juga karna factor keberuntungan yang membawa saya naik
kekelas dua.
Saat kelas dua semester dua saya
sudah mulai rajin belajar karna ada kakak ipar yang membantu dan mendorong saya
untuk giat belajar. Merasakan memiliki kakak perempuan membuat saya lebih
bersemagat, sampai-sampai saya lebih mendengarkan omongan kakak ipar dari pada
ibu saya sendiri. Dua bulan duduk di kelas dua batuk yang tak biasapun mendiami
tubuh saya, satu bulan sudah saya menderita batuk. Kecurigaan ibu terhadap
batuk yang saya alami membuat ia penasaran. Saya dibawa ke rumah sakit untuk di
bawa ke dokter spesialis penyakit anak, dan paru-paru saya di rontgen. Melihat
hasil rontgen itu, dokter mengatakan kalau saya mengalami infeksi paru-paru.
Untuk sembuh saya harus chek up sekali sebulan dan memakan obat rutin setiap
pagi selama enam bulan . Tapi hanya empat bulan saya betah untuk menjalaninya.
Untuk makan obat puyer pahit tiap pagi membuat saya merasa bosan. Akhirnya berhenti
saja karna saat itu batuknya juga tidak ada lagi. Saya sudah merasa pulih
seratus persen kala itu.
Saya juga di masukan ke taman
Al-qur’an oleh mama ke masjid belakang rumah. Karna saya orangnya cepat sekali
merasakan bosan dalam jangka waktu tiga bulan saja saya bisa pindah guru ngaji
itu enam kali, pindah tempat mengaji tiga kali kurang lebih. Hal yang saya
pelajari juga tak maju-maju masih tetap di awal-awal saja ya kalau dulu rentang
iqra’ saya paling jauh ya iqra’ dua. Karna hobi saya gonta ganti guru ngaji.
Pernah suatu hari itu, saya memperhatikan ibu membersihkan rumah sangat detail.
Semuanya di benah dari baju, ruangan rumah, semuanya bersih dan wangi. Karna
emang saya orangnya super cuek jadi saya tak piker panjang. Sebelum sholat magrib saya berangkat ke
tempat guru ngaji saya di seberang jalan berbarengan dengan teman-teman komplek
juga. Saat mau berngkat ada yang mengganjal di hati , saya tetap tidak mau
ambil pusing menghiraukan firasat buruk itu. Setelah shalat isya pertanda waktu
belajar mengaji telah usai. Saya selalu menunggu jemputan dari mama ataupun
kakak laki-laki saya. Sembari menunggu saya tetap bermin dan bercanda-canda
dengan teman. Hingga saat seorang kakak perempuan memberikan kabar kepada saya
bawa ibu tertabrak motor saat hendak menjemput saya pulang mengaji. Saya
langsung kaget dan kecemasan pun tak terbendung hingga tangis pun pecah saat
itu. Saya diantar oleh kakak itu kerumah bidan terdekat, sesampai di sana saya
melihat dari kejauhan ibu saya telah dilarikan segera ke rumah sakit. Rumah sakit dengan rumah bidan
itu berjarak cukup jauh sekitar satu setengah jam perjalanan. Saya, ayah dan
kakak laki-laki saya yang ketiga menyusul dengan mobil. Di mobil saya hanya
menangis, kakak saya mencoba untuk menenangkan saya. Saya berfikir jika ibu
masih bersama saya, saya akan berubah menjadi anak yang selalu diharapkan oleh
ibu. Ternyata kondisi ibu sangat kritis lengan kirinya patah dan telinga tak
berhenti mengeluarkan darah, jahitan di kepala ibu juga banyak sekitar sepuluh
jahitan serta memar-memar di sekujur badannya. Melihat kondisi ibu yang sangat
kritis, timbullah rasa penyesalan yang teramat besar dalam diri saya. Saat itu
juga saya sadar betapa susahnya menjadi seorang ibu hanya demi membuat saya
menjadi lebih baik. Sialnya lagi kejadian ibu kecelakan ketika saya dekat
dengan hari ujian kenaikan kelas. Di sana lah saya berupaya sendiri menyiapkan
segala sesuatu untuk kesekolah dengan mandiri . Kakak ipar yang saya senangi
juga tak di samping saya waktu itu. Ia tengah istirahat pasca melahirkan anak
pertamanya. Ibu dirawat sedangkan saya harus mandiri di kala ujian kenaikan
kelas. Terlintas di fikiran saya, untuk pindah tinggal saja dengan tante ke
kota kelahiran saya, disana juga pendidikannya sangat bagus. Setelah ribuan kali
menimbang keputusan itu ,hati saya telah mantap untuk hidup mandiri di rumah
tante. Ketika kondisi ibu telah pulih Sembilan puluh persen saya baru berani
membicarakan keputusan saya ini dengan ibu. Keputusan yang sangat berat yang
sampai sekarang telah merubah jalan hidup saya. Ibu yang mendengar keputusan
saya, berusaha untuk mencegah agar saya tetap tinggal bersama nya dan ayah.
Tetapi, keputusan yang saya ambil telah bulat. Ibu mau tak mau menyetujui
keputusan saya. Saya juga berfikir, anak perempuan yng telah dinantikan selama
belasan tahun di umur tujuh tahun harus berpisah dengannya. Kelas tiga SD saya
pindah sekolah ke kota kelahiran saya. Adaptasi yang saya jalani sangat lama.
Suhu dan kondisi alam yang dingin di tempat yang baru saya tinggali ini,
membuat penyakit paru-paru saya kambuh kembali. Minum obat rutin pun tak
terelakan oleh saya, kurang lebih selama setahun saya harus minim bubuk pahit
setiap pagi rutin.
Kehidupan saat masih tinggal dengan
ibu serba senang dan langsung ada, ketika bersama tante saya harus berusaha
sendiri untuk mendapatkannya. Kebandelan yang saya miliki juga telah sedikit
berkurang, walaupun masih suka melawan sedikit-sedikit. Factor lingkungan
sekolah dan tempat tinggal yang membuat saya meningglkan perilaku buruk itu.
Jika saya bandel di sekolah, teman-teman sekelas pasti akan mengucilkan saya.
Teman laki-laki pun tak seasik teman yang lama. Tante pun juga pernah
mengancam, jika saya masih nakal dan bandel saya di pulangkan saja ke orang
tua. Tentunya saya tidak ingin, karna tujuan saya jauh dari orang tua agar kelakuan jelek bisa
saya tingglkan . Tinggal dengan tante dan Om yang sangat religious memuat saya
mendapat didikan agama yang kuat, sholat berjamaah dan mengaji setiap maghrib
selalu dilakukan. Saya sering di tegur karna sering lupa menunaikan ibadah
sholat wajib.
Tak jarang saya sering menangis sendiri ketika
malam mengingat orang tua yang berjarak sangat jauh, apa lagi kalo sudah
mengingat ibu. Tak tahu apa yang membuat saya sangat yakin dengan keputusan yang
sangat berat ini. Ketika ibu berkunjung, saya sangat bersemangat untuk
melakukan aktifitas apa pun, baik itu sekolah ataupun mengaji ke MDA. Saya juga
sering merengek ke ibu untuk berlama-lama saja menemani saya di sini. Tapi ibu
menjelaskan bagimana dengan ayah, kalau ibu terus menemani aku di sini kebutuhan
ayah tak terurus. Saya mencoba untuk mengerti saja. Tetap saja ketika ibu telah
pergi ke tempat ayah saya pun tak jarang menangis sendirian, menggendap-endap
takut ketahuan kalo saya menangis. Kalo ketahuan saya bisa di olok-olok dan di
ejek oleh sepupu-sepupu saya. Kebiasaan itu berlangsung sampai akhir sekolah
dasar. Sepupu yang awalnya baik menjadi judes dan jutek , entah kenapa mungkin
karna saya masih nakal. Tante saya juga menekan kan ke saya supaya di kelas
tiga SD ini kamu naik kelas dengan nilai yang bagus. Sering sekali tante
membanding-bandingkan saya dengan semua anak-anaknya yang naik kelas dengan
nilai yang sangat bagus. Mendengar itu saya sangat terpacu untuk giat belajar.
Saya di urus oleh om dan tante yang amat sayang kepada saya walau sebenarnya
mereka sangat tegas. Saya sangat dekat dengan om saya, mungkin lebih dekat
ketimbang hubungan saya dengan ayah kandung sendiri.bayak sekali nasehat dan
motivasi yang saya terima disana.
Akhirnya naik ke kelas empat SD, tapi tetap
saja nilai matematikalah yang paling buruk diantara semua mata pelajaran. Tetap
saja saya kena marah oleh tante. Liburan semester selalu saya habiskan ke rumah
ibu. Saat liburan sangat saya manfaatkan untuk bermanja-manja dengan ayah, ibu,
dan kedua kakak laki laki saya. Sangat hangat rasanya bisa tinggal di
sekeliling orang yang mencintai kita. Selalu liburan semester saya kerumah ibu.
Tidak ada ceritanya liburan tamasya dengan ayah, tetap ayah memang seperti orang
tidak memerlukan liburan.
Di kelas empat SD saya menyukai hampir
semua mata pelajaran nya, yang paling dan sangat saya sukai itu adalah
pelajaran IPS. Di dalamnya di bahas tentag segala macam sejarah, dan geografi.
Itu sangat menrik perhatian saya, di materi menghafal keragaman Indonesia ,
tiga puluh tiga provinsi Indonesia saya kuasai dari nama ibu kota, senjata
daerah, baju daerah, alat music daerah, rumah khas masing-masig daerah lengkap
dengan lokasinya di peta saya hafal. Pokoknya saat mempelajari keanekaan itu
semua saya memiliki harapan bisa megunjungi satu per satu provinsi di Indonesia
ku ini. Guru yang mengajar saya ketika kelas empat itu juga sangat baik dan
energik, membuat saya sangat bersemangat belajar dan pergi kesekolah. Saya
sempat merangkai cita-cita saya sangat ingin menjadi guru sejarah suatu hari
nanti. Naik ke kelas lima saya beralih tertarik ke pelajaran IPA, banyak ilmu
biologi yang dibahas di dalamnya. Entah kenapa saya berubah alur seperti itu.
Saya merasa sangat tertarik dengan apa yang terjadi di dalam tubuh saya, saya
ingin tahu bagaimana bisa semua mekanisme berjalan itu berjalan. Karna hasutan
tante,om, dan sepupu-sepupu saya, saya
di seruh menjadi dokter saja kelas nantinya. Di kelas enam SD kegiatan sudah
sangat sibuk menyiapkan ujian akhir, pada saat saat seperti ini saya meminta
ibu untuk berada di sisi untuk memberikan semangat. Karna beberapa TO yang
diadakan saya mendapat hasil yang jelek pihak sekolah sangat mencemaskan nilai
matematika saya, karna saya sangat lemah di mata pelajaran tersebut. Pada
akhirnya saya mendapat nilai yang lebih bagus dari perkiran guru-guru. Dari
yang sering mendapat hasil TO yang bagus berbalik kondisi menjadi saya yang
mendapat nilai bagus pada semua mata pelajaran yang diujikan. Kepuasan hati
saya den orang tua saya tak terbendung.
Karna nilai yang sudah sangat baik itu
saya sangat yakin saya akan lolos di SMP favorit saya. Namun realita
berkebalikan dengan ekspektasi saya, saya akhirnya masuk ke SMP yang sama
sekali tak terfikirkan oleh saya dulunya. Dan malah saya sangat membenci SMP
yang tidak saya inginkan ini. Dengan nasehat ibu, saya mencoba memaksakan untuk
melawan kenyataan kalo saya tidak diterima di SMP yang saya favoritkan. Saya
menjalaninya dengan ketabahan hati serta melaksanakan nasehat ibu.
Awal-awal berada di SMP sangat susah
bagi saya untuk beradptasi, selama sebulan saya menjadi sangat pendiam. Mungkin
karna hati saya masih setengah-setengah untuk bersekolah di SMP itu. Namun,
dengan berjalannya waktu banyak teman yang asik-asik pergaulannya dan sangat
baik. Ketika kelas tujuh saya mengambil organisasi pasusbra SMP, hal yang
membuat saya tertarik untuk bergabung di organisasi ini karna saya menyaksikan
kakak-kakak kelas dengan gagahnya mengibarkan sang merah putih. Dari situlah
saya penasaran, saya mencoba mencari tahu informasi tentang organisasi itu .
Kebetulan sekali ketika siang itu, salah seorang anggota memberi pengumuman di
depan kelas untuk siapa saja yang berminat gabung dengan ekskul pasusbra ini
maka bisa langsung datang nanti siang jam tiga. Tanpa berfikir panjang aku
langsung mengatakan ya, dan menyiapkan semua kebutuhan dan perbekalan.
Mula-mula ketika berada di organisasi ini saya merasa jengkel, kesal, dan
dongkol terhadap kondisi. Saya berfikir, sekedar untuk mengibarkan bendera saja
perlu pembekalan ilmu yang dalam serta latihan fisik mental yang keras. Banyak ilmu yang diajarkan di sana, segala
sejarah tentang pasukan pengibaran bendera nasional dengan sangat detail
diajarkan, lalu yang berat latihan fisik dan mental dan tidak ketinggalan yaitu
sangat pentingnya kekompakan. Kalau latihan fisik, kami di bariskan di bawah
terik matahari sedangkan mental kami harus tahan dengan sikap keras senior dan
pelatih. Itu dilakukan secara bertahap per minggunya, karna penasaran dan rasa
ingin tahu yang kuat hingga saya dapat bertahan. Banyak pada awalnya
teman-teman yang datang lalu menyusut tiap minggunya, lalu tersisalah anggota
yang sebenarnya . Untuk mejadi anggota tidak lah gampang harus latihan rutin
setiap minggunya, mengikuti pengukuhan selama dua kali barulah anggota dilantik
dan ikrar di depan kepala sekolah serta warga sekolah yang lain.
Banyak teman-teman yang seperjuangan
dengan saya ketika memasuki oraganisasi pasusbra sekolah itu, karna sudah di
kekompakan dan satu hati antar sesama anggota. Kami angkatan kelas tujuh
sangatlah dekat, hingga saat itu berada di luar waktu ekskul. Kami tetap
berkumpul, bermain, dan nongkrong bersama-sama. Saya merasakan adanya kelurga
baru di passusbra itu,senang susah dilakukan bersama-sama, gelak tawa lalu
tangisan airmatalah yang membuat kami semakin erat. Teman laki-laki atau pun
perempuan sudah sama bagiku menyenangkannya. Begitu banyak moment yang dilewat
bersama-sama dengan mereka. Jika ada perlombaan kami selalu memboyong piala
juara, yang membuatku sangat kaget bercampur rasa bangga aku dan teman-temanku
dapat mengalahkan SMP yang aku favoritkan ketika berada di sekolah dasar dulu.
Aku jadi semakin percaya diri, karna itulah hati ku semakin ringan untuk
menatap SMP ku yang sekarang. Eratnya hubungan persahabtan kami dilalui bukan
tanpa masalah,tapi kami selalu menyelesaikannya dengan forum tertutup. Dengan
forum tersebut, tidak hanya membuat hubungan kami semakin dekat dan kompak tapi
juga membuat kami semakin menjadi dewasa, lalu hubungan dengan para senior juga
dekat bahkan banyak bermanfaat karna mereka selalu memberikan tips dan trik
untuk belajar. Nah apalagi dengan guru-guru, kami di kenal baik oleh para guru
itu tentu juga memudahkan kami dalam beajar dan mendpatkan nilai. Banyak sekali
piala penghargaan yang telah kami sumbagkan untuk sekolah, sehingga membuat
nama sekolah kami menjadi harum.
Naik ke kelas delapan, di kelas aku
berkenalan dengan teman-teman baru pula. Banyak sekali teman yang lebih asik di
bandingkan dengan kelas yang dahulu. Anak-anaknya juga lebih ceria dan rama,
tapi ada seorang anak laki-laki yang sangat saya tidak suka dan kesal dengan
nya karna ia sangat bandel dan tidak sopan. Memang dulu saya sangat bandel tapi
sudah malu jika masih bandel ketika sudah di SMP. Dia sering mengerjai saya,
namun sulit bagi saya untuk membalasnya karna ia sangat lincah dan kuat. Pada
suatu waktu, sampai di titik puncak amarah saya membalas semua kejahilannya
dengan cara saya dan itu pun terbalah. Tapi setelah itu saya di panggil ke
ruang bimbingan konseling (BK), saat di dalam saya menceritakan segalanya ke
guru BK lengkap dengan bukti dan saksi. Penjelasan yang saya berikan di percaya
oleh guru BK hanya diberi surat peringatan pertama , sedangkan si anak
laki-laki itu di beri skors satu minggu. Bukan hal yang pertama bagi saya
berkasus hingga ke kantor BK, sebelumnya ketika kelas tujuh saya juga pernah,
karena saya main-main dengan teman disaat doa pembuka pelajaraan pagi
berlangsung. Untungnya saya hanya diberi nasehat disana. Skorsing untuk anak
laki-laki itu membuat saya sangat puas. Ketika anak laki-laki itu kembali masuk
sekolah dia hanya diam ketika melihatku. Seakan dia sudah jera dengan
kelakuannya selama ini, aku tak ambil pusing lagi dengannya. Di kelas delapan
ini juga lah ada seorang teman laki-laki yang sangat menarik perhatian saya. Ia
bersikap sangat sopan terhadap sesame apalagi ke guru, ia pun juga pandai
bergaul. Sebut saja namanya “D”. Selalu nyaman bila berada di dekatnya, membuat
saya sering berkomunikasi dengannya. Akibat, intensitas komunikasi yang begitu
sering teman-teman perempuan membuat rumor kalau saya suka dengan si D . karna
rumor itu hubungan kami menjadi merenggang, dan akhirnya kehilangan komunikasi.
Saat di kelaspun tidak ada satu kata pun terucap dari mulutnya untuk saya,
hingga saya berfikir apakah salah saya. Rumor murahan itu sampai ke teman-teman
paski saya, mereka memberi saya masukan untuk menuruti saja apa yang D mau.
Saya yang mengikuti saran teman-teman berusa untuk mengikuti kemauannya. Di
pasussbra karna kami telah duduk di kelas delapan tentu saja kami akan menhadapi
junior-junior kami yang kelas tujuh. Sebelumnya kami juga telah di beri bekal
oleh senior-senior kami dalam menghadapi junior-junior. Tapi memang junior yang
kami hadapi lebih dari kami saat dulunya, mereka lebih bandel dan lebih
pendongkol. Keadaan ini membuat kami harus putar otak, agar bisa membuat mereka
lebih patuh dan menurut. Jalan yang kami ambil saat itu membawa mereka untuk
berteman tanpa melupakan status senior yang kami miliki. Dan itu berhasil,
tetapi ada sisi negative dari cara yang kami ambil, yaitu mereka menjadi sangat
maja dan lupa kalau kami ini senior yang perlu juga untuk di hargai. Kami
menggambil cara akhir yaitu cara tegas dan keras. Cara tersebut mampu menyaring
junior yang sungguh memiliki niat tulus untuk bergabung ke organisasi passusbra
ini. Kami berhasil menjadi senior yang mendidik mereka. Hingga kami sudah tamat
dari SMP pun tetap saja , setiap kali lomba kmi selalu membyong piala
kemenangan. Itu membuat SMP kami pun menjadi terkenal dan menjadi cukup di
segani.
Tamat SMP pada tahun 2011, membuat
saya banyak mendapat kenangan dan sahabat. Sahabat ketika saya berada di ekskul
passusbra dan sahabat saya yang berada di kelas. Tapi yang sangat berkesan
ialah sahabat yang saya temukan saat di passusbra. Kami mencoba peruntungan
mendaftar ke SMA favorit bersama-sama. Hasilnya masih sama dengan dengan ketika
saya masuk SMP dulu. Yang lebih menyedihkannya lagi dia di terima dan saya
harus bersekolah di SMA yang selama ini juga tidak saya inginkan. Berpisah
sekolah dengan sahabat lama, membuat saya pun juga susah untuk bergaulan dengan
sekalah saya yang yang baru. Di kelas sepuluh saya yang melihat teman yang
kurang tulus, harus sangat pilih-pilih teman untuk berteman jan jarang sekali
saya temukan yang tulus. Awalnya memang seru berteman dengan anak-anak di kelas
itu. Tapi lambat laun saya menyadari, mereka meninggalkan teman, bila tidak
bermanfaat bagi bagi merka. Hal seperti itu membuat saya sangat jengkel. Lebih
baik saya sendiri tanpa teman, jika lau harus mengikuti cara bergau yang
seperti itu. Banyak macam ragam manusia yang saya temukan di dalam kelas itu.
Ketika di SMA saya juga mengikuti
ekskul passusbra, tapi kalau di SMA berbeda nama, yakninya paskibra. Dengan
system beda-beda tipis, saya tetap menikmatinya. Dengan senior yang sangat
friendly ,nyaman rasanya untuk berlama-lama dengan mereka. Latihan fisik dan
mental pun telah sangat biasa bagi saya, malah saya dengan santai untuk
mengerjakannya. Kemampuan saya di paski saat itu tak di ragukan lagi oleh para
senior, banyak senior yang melirik dan mengajak saya untuk lomba paskibra
tingkat provinsi. Semua kegiatan itu paski itu menjadikan saya sangat dekat
dengan para senior. Di luar jadwal latihan pun saya sering bercanda dengan
mereka, mereka menganggap saya bukan seperti junior melainkan seperti seorang
teman. Status junior baru yang saya sandang untuk ikut lomba membuat iri para
senior lain yang tak pernah mengikuti lomba sebelumnya dan kedekatan saya
dengan para senior juga membuat teman-teman saya minder. Hingga pada akhirnya
diadakan lah forum, awalnya saya tidak tahu untuk apa forum itu di adakan.
Setelah lama forum berlangsung baru terbukalah siapa saja senior atau pun
junior yang cemburu kepada saya. Di saat itu ada senior yang sangat mati-matian
membela saya, mencoba menyelesaikan kesalahan paham yang terjadi saat itu.
Diakhir forum terbuktilah kalau mereka hanya salah paham dan cemburu buta. Saya
memang tak sengaja dekat dengan para senior, karna kemampuan lah yang
mendekatkan kami. Saat itu banyak air mata yang saya keluarkan, yang sebenarnya
itu bukan sepenuhnya salah saya. Pengalaman itu tak bisa pudar dari ingatan
saya,bagaimana mereka menganggap saya sebagai junior yang di istimewakan. Pasca
forum itu, saya menjadi junior yang dipercaya oleh senior dan teman-teman saya.
Di kelas sepuluh itu awalnya saya
ingin mengambil jurusan IPS saja, karna jurusan ini sepertinya lebih asik
dibandingkan jurusan IPA. Ketika berminat ke IPS saya berencana ketika kuliah
nanti ingin mengambil kuliah manajemen, untuk kepentingan perusahaan papa. Tapi
saat sosialisasi jurusan oleh guru BK, saya jad berubah fikiran untuk mengambil
jurusan IPA saja. Karna katanya kalau kita ambil jurusan IPA ketika kuliah
nanti mudah untuk memilih jurusan apa saja berbeda dengan IPS, jika IPS untuk
pindah kelahan IPA akan sangat sulit. Sejak dari itu, saya berpikir bagaimana
pun saya harus duduk di jurusan IPA.
Duduk di kelas sebelas IPA membuat
saya menjadi lebih sibuk untuk belajar, keinginan saya untuk bisa berkuliah di
IPB membuat saya benar-benar focus untuk belajar. Dua tahun itu saya
mati-matian belajar untuk belajar, hingga sampai pengisian formulir data untuk
mahasiswa SBMPTN saya tanpa ragu menuliskan IPB sebagai tujuan utama. Tapi
kenyataan berkata lain di SBMPTN saya tidak lulus, padahal nilai yang saya
input terbilang bagus. Saya berjuang dengan jalur SNMPTN, tetap saja saya
menelan kegagalan. Walau telah berusaha keras dan akhirnya gagal saya tak
menyesal sedikitpun akan itu.
Dan akhirnya saya memilih perguruan
tinggi yang duduki sekarang, saya mencoba untuk berfikiran positif dalam
menghadapi semuanya. Dan sekarang saya menikmati study yang saya pilih sekarag
ini. Dan tak berfikiran untuk mengulang
ujian SNMPTN lagi tahun berikutnya. Karna saya yakin Tuhan memberikan jalan
tidak hanya satu ataupun dua, melainkan Tuhan memberikan kita kepercayaan untuk
menemukan pintu kesuksesan yang lain.
2. Ini
Puisinya
IBU
Cipt. Fadillah
Wahai ibu…
Ibu.. ibu.. ibu..
Malaikat tak berbersayap
Anugrah terbesar nan Kuasa
Untuk diri ini…
Wahai ibu
Ibu, ibu, ibu ku sayang
Pertarungan jiwa raga
Menelan sakit berulamkan jantung
Bernafas setengah mati
Meski maut menanti
Tak kau hiraukan
Hanya demi jiwa ini…
Wahai ibu
Ibu, ibu, ibu ku
Tak tau dirikah jiwa ini
Menusukkan duri-duri tajam ke tubuh mu
Tetap teguh dan tabah yang kau tunjukkan
Meski sakit sampai ke ubun
Tampak kuat meski rapuh
Menghadapi jiwa ini..
Wahai ibu
Ibu ibu ibu ku
Sosok yang sangat tangguh
Tak tergerak kata-kata menyerah
Di bibirmu
Niat yang tulus, Hati yang ikhlas
Itu penguat bagimu,bukan?
Agar diri selalu baik di kehidupan
Oh ibuku..
Terima kasih ,trima kasih, trima kasih
Dengan niat tulus mu, hati yang di penuhi cinta
Kau berikan pada diri ini…
Komentar
Posting Komentar